Thursday, February 13, 2014

RAKYAT INDONESIA bukan rakyat yang bodoh?



Bla .. Bla .. Bla .. begitulah selama ideologi negeri ini tidak sesuai dgn realitas korporasi raksasa investasi swasta yg merebak dimana-mana menguasai tanah negeri .. menguasai semua sektor kebutuhan hidup rakyatnya .. maka pendidikan politik bagi para pejabat negara adalah "yg Berkuasa, yang Enak namun, tetap upayakan agar Nalar Dangkal Rakyat dapat lebih bertahan lama".




(Dapet share dari kawan) Mengapa kamu sukai itu Tokoh2 ParPol di FB mu?

Tidakkah kamu menyadarinya?




Bahwa demi harmonisnya "pejabat" dinegara ini turun temurun,

presiden ke dua menerapkan mutu rendah dalam kurikulum pendidikan rakyatnya

dimulai sejak masa ia menjabat di puluhan-tahun yang lalu.

Agar tersedia "pelayan bernalar dangkal dalam jumlah banyak"

utk korporasi raksasa investasi swasta dunia yang dipersilakan masuk kemudian..




(Sampai ada Istilah negeri eksportir TKI dari sebuah negeri yang dulunya Gemah Ripah Loh Jinawi dan kaya Sumber Daya Alam itu dianggap wajar dan tidak masalah karena rata-rata orang kota jadi abdi swasta ?.. Sampai profesor dan jenderal sama saja dengan golongan profesi menengah sekalipun : tidak berdaya atas realitas negerinya? 


Berpura tak tahu 
demi dapat ikut serta 
mengais keuntungan dari keruhnya keadaan. 

Seperti soal "soeharto lengser tapi golkar tidak ikut dilengserkan atau dibubarkan"?? 

Maka budaya keterlanjuran demi keterlanjuran terus bertumpuk dan terakumulasi .. Apakabar anak cucu di masa depan nanti?)




RAKYAT INDONESIA bukan rakyat yang bodoh? Ayolah bernalar dan bersatu !!




Korupsi juga bagian dari harmonis simbiosis mutualistisnya, merendahkan harkat rakyat secara berkesinambungan,

hingga mutu rendah nalar itu dapat saling terus menciptakan..




"ngapain sih elu mikirin negara?"

"Negara aja gak mikirin elu??"




Dan yang dilakukan Ustadz Hariri dan tervideo injak kepala soundman di panggung, adalah serupa dan persis dengan :

Gedung sekolah ambruk,

Jembatan ambruk,

Bahan-bahan kimia tak layak makan, jadi campuran makanan, karena mahal harga bahan baku ditangan swasta,

Apakah cuma bahasa kiasan,

dari kenyataan mentalitas Nasionalisme yang hancur?




Saat generasi kita kerja dalam swasta,

"bersuka cita lah ia" dengan jalan pintas itu

demi dapur sendiri

dan rejeki anak cucu keturunannya.

Serupa dan Persis, dengan kelakuan rezim era presiden kedua..

Walau tragedi kemanusiaan terjadi acak di mana-mana, 

sebagai efek domino dari Harkat dan Nalar yang Dangkal, 
yang terlanjur dibudi-dayakan tanpa disadari itu oleh sistem iklim politik setiap rezim? .... begitulah selama ideologi negeri ini tidak sesuai dgn realitas korporasi raksasa investasi swasta yg merebak dimana-mana menguasai tanah negeri .. menguasai semua sektor kebutuhan hidup rakyatnya .. maka pendidikan politik bagi para pejabat negara adalah "yg Berkuasa, yang Enak namun, tetap upayakan agar Nalar Dangkal Rakyat dapat lebih bertahan lama".


Lambang Garuda Pancasila jelas hanya di gunakan romantismenya saja

demi terestafet paradigma serupa ke masa berikutnya.




Setega itu kah dirimu,

dengan memberi dukungan suara kepadanya,

duhai sahabat yang berhati Nurani? (teman saya itu samasekali bukan anggota partai hati nurani ya, mohon di catat ! )


*Baca juga ide kapitalisme Pancasila, di http://matkasdut.blogspot.com/2014/02/alasan-kapitalisme-pancasila-sebagai.html

No comments:

Post a Comment