ya, bersatulah semua kita,
: Secara konsekuen dan murni, azas dasar negara kita, itu apa ya?
Kenapa realitas dilapangan tanah negeri ini berbeda?
Apakah korporasi raksasa investasi swasta asing dan domestik itu
tidak mengalahkan dominasi negara
dalam melaksanakan terapan cita-cita luhur dari azas dasar negara
pada semua rakyatnya?
Karena terlanjur tak dapat di hapus, di usir, atau di bongkar,
itu Korporasi raksasa Investasi Swasta Dunia dan Domestik,
mending ganti aja sekalian jadi Kapitalisme Pancasila,
sebagai satu-satunya jalan/win-win solution,
agar sesuai ideologi negeri ini dengan realitas nya.
Ya, tidak mungkin di hapus atau di usir, atau di batalkan,
mereka punya surat kontrak kerjasama ekonomi
yang sah dimata dunia..
Sebab jika tidak, akan terus otomatis rakyat yg tereksploitasi.
Semakin rendah dong harkatnya?
Cuma enak yg berkuasa??
Coba, apa lagi sebagai satu kesatuan bangsa?
Kabarnya NKRI harga mati.
Biar kualitas kelas kambing yang mati, gitu?
"Bah, macam mana,
kita sedang menghadapi era pasar bebas dunia, niih?!!
Rakyat Indonesia adalah penggerak utama roda Kerajaan Kapitalisme Dunia,
terlebih untuk bayar hutang IMF.
Bantu rakyat dong dengan dukungan diplomatik azas dasar negara,
biar ter up-grade Sdm kita rata-rata,
biar bisa lagi kita swasembada pangan,
prioritas pertama alat industri dan kendaraan,
kita coba bikin sendiri dan ekspor..
Paling gak sekian persen ekonomi negeri kita
mulai bangkit. Gimana??"
kira-kira begitu motif atau modus nya.
(sambil terus berdoa, biar gak di gampar CPM Istana .. )
Satyawira Wicaksana.
Jakarta Selatan,
Feb, 2014.
(Demi menyambut Abad Pencerahan dari seluruh Rakyar Indonesia buat Dunia,
saya merasa perlu ikut ambil bagian gerilya menebarkannya melalui internet.
Semoga terinspirasi dan berguna .. yuk? .. Red.)
GBU.
Baca juga : http://matkasdut.blogspot.com/2014/02/rakyat-indonesia-bukan-rakyat-yang-bodoh.html
sesama saudara sebangsa,
Kita galang kebersatuan,
tanpa dendam,
tanpa anarkis,
tanpa dendam,
tanpa anarkis,
jangan lupa melibatkan tv, RRI, militer, dan wartawan,
semua rakyat negeri bersatu daulat,
bertanya kalem pada Bapak Negara,
semua rakyat negeri bersatu daulat,
bertanya kalem pada Bapak Negara,
beliau harus menjawabnya secara spontan dan itu diliput media!
: Secara konsekuen dan murni, azas dasar negara kita, itu apa ya?
Kenapa realitas dilapangan tanah negeri ini berbeda?
Apakah korporasi raksasa investasi swasta asing dan domestik itu
tidak mengalahkan dominasi negara
dalam melaksanakan terapan cita-cita luhur dari azas dasar negara
pada semua rakyatnya?
Karena terlanjur tak dapat di hapus, di usir, atau di bongkar,
itu Korporasi raksasa Investasi Swasta Dunia dan Domestik,
mending ganti aja sekalian jadi Kapitalisme Pancasila,
sebagai satu-satunya jalan/win-win solution,
agar sesuai ideologi negeri ini dengan realitas nya.
Ya, tidak mungkin di hapus atau di usir, atau di batalkan,
mereka punya surat kontrak kerjasama ekonomi
yang sah dimata dunia..
Sebab jika tidak, akan terus otomatis rakyat yg tereksploitasi.
Semakin rendah dong harkatnya?
Cuma enak yg berkuasa??
Coba, apa lagi sebagai satu kesatuan bangsa?
Kabarnya NKRI harga mati.
Biar kualitas kelas kambing yang mati, gitu?
"Bah, macam mana,
kita sedang menghadapi era pasar bebas dunia, niih?!!
Rakyat Indonesia adalah penggerak utama roda Kerajaan Kapitalisme Dunia,
terlebih untuk bayar hutang IMF.
Bantu rakyat dong dengan dukungan diplomatik azas dasar negara,
biar ter up-grade Sdm kita rata-rata,
biar bisa lagi kita swasembada pangan,
prioritas pertama alat industri dan kendaraan,
kita coba bikin sendiri dan ekspor..
Paling gak sekian persen ekonomi negeri kita
mulai bangkit. Gimana??"
kira-kira begitu motif atau modus nya.
(sambil terus berdoa, biar gak di gampar CPM Istana .. )
Satyawira Wicaksana.
Jakarta Selatan,
Feb, 2014.
(Demi menyambut Abad Pencerahan dari seluruh Rakyar Indonesia buat Dunia,
saya merasa perlu ikut ambil bagian gerilya menebarkannya melalui internet.
Semoga terinspirasi dan berguna .. yuk? .. Red.)
GBU.
Baca juga : http://matkasdut.blogspot.com/2014/02/rakyat-indonesia-bukan-rakyat-yang-bodoh.html
No comments:
Post a Comment