Friday, February 7, 2014

Ada seorang sahabat komen begini :


Sejak 1967 praktis Indonesia sudah Dalam cengkraman Neokolim, dlm konferensinya di Geneva di putuskan antara lain: Freeport dapat gunung eMas di Irian Barat, Consorsium Eropa dapat nikel di Irian Barat dan Alcoa dapat bauksit di Riau, Bangka Belitung. Sekelompok perusahaan Amerika, Jepang, Perancis mendapat hutan tropis di Sumatra, Kalimantan, Irian Barat, dan lain lain.. Negara kapitalis, maaf, terlanjur, menguasai bumi Nusantara.


Sehubungan dengan realitas ditanah negerinya yg kini tanpa swasembada apa-apa, dan semua kebutuhan rakyatnya terlanjur tersengaja terkelola oleh korporasi swasta, maka sebagai negara jelas Indonesia kehilangan dominasi dalam menerapkan cita-cita luhur Azas Dasar Kerakyatannya. Agar negara tidak berpura-pura baik pada rakyatnya, agar negara tidak lagi mendua hati dengan korporasi raksasa Investasi Swasta Dunia, tetapi malah negara, rakyat dan swasta dapat bersinergi secara konsekuen, maka Indonesia harus bertransformasi Azas Dasar Negaranya menjadi Kapitalisme Pancasila.  

Ada seorang sahabat yang koment begini :

Sistem Kapitalis sangt salah kaprah jk diterapkan di tengah perekonomian raykat Indonesia yg notabene BELUM MANDIRI! Jangan ciptakan jurang lbh lebar lg antara si kaya & si miskin. Kapitalisme adalah musuh no.1 negara2 berkembang. Salam kerakyatan!

Saya jawab, kira-kira, tapi saya pakai nalar dan akal sehat, begini :

.. justru itu jadi tugas negara dalam dukungan politik diplomatiknya, yg jika nanti sdh bertransformasi jadi berazas dasar Kapitalisme Pancasila. Meng-up-grade semua sdm rakyat guna memasuki era pasar Global Dunia. Jika ada ketakutan itu wajar, seperti seorang anak lelaki yg pertama kali akan di sunat, di potong ujung titit bagian tubuhnya. 
Tetapi itu perlu, demi : 

1. Agar otomatis dapat membersihkan secara tuntas segala kesemrawutan kinerja dalam tata laksana kepemerintahan akibat benturan berbagai kepentingan yang terlanjur tidak berazas dasar Kerakyatan namun berazas dasar Keswastaan tadi.
2. Negara wajib menetapkan mutu Kurikulum Pendidikan Nasionalnya setara dengan standar Negara Maju.
3. Dengan demikian Negara perlahan namun pasti dapat mengajak Rakyat untuk melakukan upaya swasembada (kebutuhan pangan dan mesin industri termasuk kendaraan).
4. Para Pengusaha swasta Domestik jelas berhak mensukseskan Era Pasar Global dan mendapat dukungan negara dalam mengembangkan area Pasar Dagang nya ke seluruh dunia.
5. Para Pengusaha swasta Asing tetap dapat beroperasi di dalam negeri ini dgn membantu pemerintah melakukakan Up Grade SDM rakyat yang bekerja di dalamnya.
6. Saat terjadi Sinergi terus menerus dan harmonis antara Negara, Swasta, dan Rakyat, itu lah inti filosofi "Diantara 3 Gunung, Memeluk Rembulan", titik mulai dicapainya cita-cita luhur sila-sila dari Pancasila, secara murni dan konsekuen. Tanpa hal tsb, maka Indonesia tidak akan pernah mampu bersih dalam terapan cita-cita luhur pada seluruh rakyatnya karena akan terus bertabrakan dgn kepentingan2 yg terlanjur tidak berazas dasar Kerakyatan, gitu Bos !



Semoga istilah kearifan hati atau Jiwa yg suci itu berarti juga kesadaran diri (sebagai bangsa) menyikapi realitas keterlanjuran negeri ini dalam peta hubungannya dengan kerajaan ekonomi kapitalisme dunia, yg lembut tumbuh jadi paradigma baru disetiap dada rakyat negeri ini.. bahwa tidak mungkin mempertahankan logika azas dasar Kerakyatan jika sudah terlanjur terkhianati dgn berkolusinya bapak negara presiden kedua dulu, berpuluh-tahun yang lalu, terus terakumulasi sampai detik ini. Tanpa dendam, mengambil langkah bijaksana demi masa depan saudara sebangsa dan setanah-airnya. (Win-Win Solution) Mau tak mau, masyarakat negeri ini ibarat perawan, waktu terkena penetrasi budaya kapitalis, mana mungkin dapat kembali jadi perawan, demi cita -cita luhur terapan azas dasar Kerakyatan pada semua warganya, gitu? Ah .. ada ada aja. Mengganti Presiden saja nampaknya : sama saja, selama negeri ini masih berazas dasar negara Kerakyatan, tersebab tidak sesuai dengan realitas di tanah negeri ini. Dulu pernah juga kita ada di era masa kepemerintahan Alm Gus Dur. Sosok yang menguasai akidah religius, suka humor dan tentu di gemari semua rakyatnya, berpasangan dgn Megawati. Namun sampai detik ini, presiden sekarang, mengatakan pada publik dalam liputan media dari mana-mana, seolah itu suatu kebenaran hak rakyat bangsa ini  : "Laju pertumbuhan Investasi swasta naik pesat dan punya masa depan yg cerah" ..


Nampaknya Hasil konferensi di Genewa 1967 diatas, sangat disadari dampak perkembangan atau efek dominonya secara strategi oleh orde Baru. Rakyat yg marah saat melengserkan Soeharto (yg 6 x menjabat presiden), tetapi, rakyat lupa bahwa presiden juga berarti "cuma wayang" yg di gerakkan rame-rame oleh para sekutu/tergabung dalam Rezim GOLKAR, yg juga otomatis terikut serupa dan persis berorientasi demi keuntungan diri sendiri dan kelompoknya saja. Saat Soeharto lengser, Rezim Golkar seperti tanpa terperhatikan padahal dulu sewaktu soeharto menjabat, Golkar sudah meraup dana apbn yg tidak sedikit dari kebijakan "27 propinsi yg wajib setor dana apbd nya ke pusat". Dana itu sdh terlanjur tertanam menjadi berbagai asset swasta (jurus monopoli) pada titik vital kebutuhan semua rakyat negeri ini, yg sekaligus sebagai dana utk menghidupi partai Golkar dapat bertahan kuat sampai sekarang. Rendahnya mutu kurikulum pendidikan yg era Golkar (soeharto) terapkan melalui persengkolan berbagai professor, itu dulu telah menjadikan generasi bangsa ini, terhitung dari penerapannya 30 tahun lebih ke depan, sebagai generasi yg juga terikut serupa dan persis rusak cara pandangnya terhadap azas dasar Kerakyatan. Menjadi generasi yg mau tak mau melekatkan harapan sejahteranya pada korporasi raksasa investasi swasta. 

Hati nurani dan belas kasih, jiwa yg suci seperti apa menyikapi fakta "azas dasar Kerakyatan yg tentu saja kalah jika berhadapan dgn kebijakan era rezim Golkar/Soeharto yg mempersilahkan raksasa korporasi investasi dunia selebar jagad masuk ke indonesia?" 

Begitulah, 

Nah, saudaraku sebangsa dan setanah air, 
apa kabarnya anak cucu keturunan kita nanti di masa depan? ..

Sungguh, saya berterimakasih atas koment tersebut, tapi mohon diketahui, bahwa saya juga copy paste dari tulisan bung Satyawira Wicaksana, yang beberapa tulisannya juga sempat saya pajang di Notes FB.

Salam  !
Abad Pencerahan dari seluruh rakyat Indonesia,
utk Dunia. 

No comments:

Post a Comment