Friday, February 7, 2014

Mau tak mau serupa dan persis

Semoga kamu sabar membaca info nya ya, sebab lumayan panjang .. Begini sahabat : Menurut info dari kawan saya, seorang wartawan yang juga aktor hebat..

: Oh retorika semua dasyat beretorika, oh ini saat nya kita merendah membuka nalar sejujur-jujurnya demi tumbuhnya cinta kasih pada sesama : 

Coba kita renungkan bersama,
ibarat acara komedi di tv, itu korporasi raksasa investasi swasta dunia selebar jagad yg dipersilakan masuk oleh kepemerintahan jenderal Presiden kedua, yg sesudahnya tak ada satu presiden pun sampai sekarang yang mau atau berani merevisi kebijakan tsb demi tidak berat sebelahnya terapan cita2 luhur pada seluruh rakyat = tentu saja semua tergoda utk TERTAWA, .. Tentu saja para petugas sistem tata laksana kepemerintahan dari dulu sampai sekarang terdidik oleh budaya uang pelicin, uang dengar, uang salam tempel, kita ibaratkan mau tak mau TERTAWA dan menular pada lingkar rakyatnya. Mencari dgn akal akalan demi untung dapur sendiri bersama anak keturunannya. Lantas demi tumbuh nya harapan perubahan pada iklim politik di negeri ini, kita juga sengaja atau tidak, ikut membantu "mereka" sibuk berpikir dgn rame-rame meniupkan opini romantisme anti korupsi = seolah korupsi lah biang keladi kemiskinan rakyat yg tereksploitasi dan sekarang negara tanpa swasembada apa2 ??

Raksasa Investasi swasta dunia=kapitalis, jurusnya eksploitasi dan egois, mau tak mau mereka tak bisa di usir, tak bisa di hapus, krn punya surat perjanjian kontrak kerjasama ekonomi antar negara dunia.. mau tak mau kalah azas dasar Kerakyatan Pancasila, mau tak mau azas dasar Kerakyatan Pancasila harus BERTRANSFORMASI jadi Kapitalisme Pancasila, sebagai konsekuensi logisnya..

Mau tak mau, masyarakat negeri ini ibarat perawan, waktu terkena penetrasi budaya kapitalis, mana mungkin dapat kembali jadi perawan, demi cita -cita luhur terapan azas dasar Kerakyatan pada semua warganya, gitu? Ah .. ada ada aja. Mengganti Presiden saja nampaknya : sama saja, selama negeri ini masih berazas dasar negara Kerakyatan, tersebab tidak sesuai dengan realitas di tanah negeri ini. Dulu pernah juga kita ada di era masa kepemerintahan Alm Gus Dur. Sosok yang menguasai akidah religius, suka humor dan tentu di gemari semua rakyatnya, berpasangan dgn Megawati. Namun sampai detik ini, presiden sekarang, seolah itu suatu kebenaran hak rakyat bangsa ini, bilang : "Laju pertumbuhan Investasi swasta naik pesat dan punya masa depan yg cerah" Tetapi saya heran sekaligus bingung melihat komentar simpati dan kalimat-kalimat religius temanteman yang terlontar penuh simpati menyemangati, atau meski cuma kata prihatin, seiring dengan waktu seolah tak ada apa-apa, terus menguap hilang seperti angin, saat ada salah seorang atau sekumpulan "korban yg tereskploitasi dari keadaan/iklim politik negeri ini" .. Contoh kasus, hukum rimba tetap jadi ancaman, atau semisal kawan yg bakar diri, sebagai bahasa simbol nya. Jangan-jangan, mereka beragama tetapi cuma kulit luarnya saja .. waduh ..? Kok gitu, yaa??!" 

Ya iya laaah ..Mereka gak salah !! Semua Rakyat mau tak mau serupa dan persis dengan Kelakuan penguasa negerinya (berkolusi / melekatkan harapan sejahteranya sendiri dgn Raksasa swasta) karena terbangun dari iklim politik yg sama, satu negara.

Oh, Retorika .. Hey, yg di sana ituu ! 
Kau kah yg bernama Budi Pekerti ??

(Satyawira Wicaksana)

Note : Sebenarnya rakyat sendiri perlu mengusulkan agar azas dasar negara ini bertransformasi sesuai realitas di tanah negerinya jadi Kapitalisme Pancasila,

1. memproteksi eksistensi Indonesia tidak larut dan tetap sebagai Ibu Pertiwi
bagi seluruh Rakyatnya di mata Dunia, dalam peleburan dagang era Pasar Bebas dewasa ini.
2. Agar otomatis dapat membersihkan secara tuntas segala kesemrawutan kinerja dalam tata laksana kepemerintahan akibat benturan berbagai kepentingan yang terlanjur tidak berazas dasar Kerakyatan namun berazas dasar Keswastaan tadi.
3. Negara wajib menetapkan mutu Kurikulum Pendidikan Nasionalnya setara dengan standar Negara Maju.
4. Dengan demikian Negara perlahan namun pasti dapat mengajak Rakyat untuk melakukan upaya swasembada (kebutuhan pangan dan mesin industri termasuk kendaraan, sebagai prioritas pertama).
5. Para Pengusaha swasta Domestik jelas berhak mensukseskan Era Pasar Global dan mendapat dukungan negara dalam mengembangkan area Pasar Dagang nya ke seluruh dunia.
6. Para Pengusaha swasta Asing tetap dapat beroperasi di dalam negeri ini dgn membantu pemerintah melakukakan Up Grade SDM rakyat yang bekerja di dalamnya.
7. Saat terjadi Sinergi terus menerus dan harmonis antara Negara, Swasta, dan Rakyat, itu lah inti filosofi "Diantara 3 Gunung, Memeluk Rembulan", titik mulai dicapainya cita-cita luhur sila-sila dari Pancasila, secara murni dan konsekuen.

Tentu saja itu tidak mudah. Perlu ada bersatunya nalar 'Superman' utk menyadarkan semua, atas realitas hubungan dunia dalam peta ekonomi di negeri ini dalam sinergi besarnya. Demikian menurut kawan saya yang wartawan itu, .. "But who cares?!, tambahnya, saya bukan 'Superman' , saya cuma Suparman, manusia biasa, yang juga punya keterbatasan.. tetapi jika manusia2 biasa "tanpa butuh penggembala" atas kesadaran yg muncul bersama berdaulat bersatu bertanya lembut tanpa anarkis pada penguasa negeri : Ini negara sebenarnya konsekuen dan murni berazas dasar/ berideologi apa ya? ..Kenapa tidak konsekuen penerapannya? Kenapa tidak sesuai dengan realitas ditanah negeri ini? Mau kah Bapak Negara demi membela harkat rakyat yg terlanjur terduduki sistem kapitalis ini, mengumumkan pada seluruh khalayak negeri Nusantara bahwa Azas Dasar Kerakyatan telah bertransformasi menjadi Kapitalisme Pancasila? .." " ..

GBU !

No comments:

Post a Comment