Saturday, April 7, 2012

Pelangi..

Sejak jaman Jahiliyah hingga kini, kenapa cara pandang pemahaman manusia prosentase terbesar ukuran nya fisik selalu? Karena sampai sekarang "Sujud mencium bumi" cuma diartikan sebagai routin sholat karena Allah semata. Padahal itu adalah "Puisi Gerak" atau "Jembatan Keledai" agar manusia patuh, sadar, dan mencintai hukum AlamNya. Wibawa agama memang terlalu "Tinggi" untuk di tela'ah.

  Badan manusia memancarkan energi frekuensi. Frekuensi itu memancar seiring detak Jantung.

Energi tersebut bersifat Longitudinal, artinya, yg suatu saat kan kembali dari pantulan, ada istilah "kembali kepadaNYA" , lihatlah, dalam rentang waktu, frekuensi dari pikiran dan lelaku badan, kembali melalui badan manusia itu sendiri sbg buah, resiko, akibat, atau ganjaran. Dimanapun sama saja. Apapun agama yang di anut manusia di bumi, tidak ada manusia yang dapat mengelak dari hukum alam. (DIA mencipta manusia, maka manusia juga mengandung ke sakral an NYA.. )

Itulah kenapa, semua agama menganjurkan kita untuk selalu memancarkan energi positif, melalui tulus nya perbuatan.

Mari coba kita urai, ..

Benda yang bergetar, berbunyi, memancarkan gelombang frekuensi. Itu hukum Alam. 
Jantung kita pun bergetar dan berbunyi, terus menerus, sekian lama. Pikiran lah yang memberi muatan pada aliran frekuensi itu. Muatan baik atau buruk. Di dalam Islam, di tamsilkan, ada dua malaikat, yang mencatat perbuatan baik atau buruk manusia, bahkan sejak awal masih di dalam pikiran berbentuk niat, sudah di catat.

Mengapa sejak awal masih dalam bentuk niat saja sudah di catat oleh malaikat? Karena tadi sudah di gambarkan, pikiran lah yang memberi "muatan aliran" frekuensi manusia yang terus menerus di dalam hidupnya, maka apapun yang keluar dari pikiran manusia, otomatis sudah mengalir dan memancar bersama gelombang frekuensi, "telah mengandung sebab-akibat dalam pantulannya" adalah maksud dari kata-kata " sudah di catat oleh malaikat"

Begitulah, seperti lagu kanak-kanak, tentang Pelangi, ciptaan Tuhan. Menggambarkan cara pandang langsung kepadaNYA. Padahal ada sesuatu yang harus di urai demi mendalamnya "pemahaman religius, sekaligus dunia dan akhirat"

Tuhan telah menciptakan Alam semesta ini.

Pelangi adalah hasil perpaduan antara sisa air di udara sehabis hujan, embun, atau uap air, yang terkena bias sinar matahari. Maka muncul pelangi. Karena kanak-kanak belum mampu secara nalar memahami uraian fisika tentang munculnya pelangi, maka demi menumbuhkan ketaatan pada Sang Maha Pencipta, di tamsilkan lah, Pelangi sebagai ciptaan Tuhan.

Begitu pun pada pemahaman hal ketuhanan di dalam penyebaran nya di masyarakat. Hal2 yang menyangkut hukum alam sering di lewatkan, tanpa uraian akal sehat, demi semata ketertundukkan umat terhadap sang Maha.

Akibatnya berlarut-larut, berabad-abad, rasa ketertundukkan umat hanya berdasar tamsil semata, bukan berlandaskan realitas alamiah nya. Tentu saja, Abad Jahiliyah hingga memasuki millennia ke tiga sekarang ini, tetap mendominasi peradaban manusia.

....
Menyikapi Tamsil, seperti kita memandang Pelangi, berabad-abad, tak berubah.
Artinya kondisi Jahiliyah saat tamsil pertama di tuliskan, sampai sekarang pula, tak berubah.
manusia berpijak pada nilai-nilai lama, sementara kecerdasan kekejaman bertambah.
Maka agama kini besar di dalam wibawa semata, tetapi Bumi sebagai Rumah Ibadah
bising, penuh kekotoran, penuh kekacauan, siapa peduli?
Ozon dilangit koyak, tidak kah itu sebagai cerminan dari dan untuk Bumi?

Bagaimana cara menggalang upaya, munculnya nilai baru, mencegah Ozon dilangit tidak ambruk?


Tetaplah bersinergi dengan berbuat baik
kemudian, Lupakan ! 

Semoga terinspirasi.
( mohon koment sahabat sebagai masukkan saya)

No comments:

Post a Comment