Salah seorang kawan Facebook saya, menulis didalam catatannya :
"Jika sudah terlanjur menggunduli hutan di sebuah Gunung, ya, harus konsekuen memikirkan --terasering-- berdasar realitas yang ada dipermukaan tanah. Upaya penyiasatan sebagian-sebagian, hanya mengulur waktu sampai Gunung itu hilang saat bencana Hujan Deras datang".
Menyo'al Indonesia yang tertimpa 'hujan deras' budaya investasi Neo Kapitalisme.
Saya kira, Ideologi Negara itu ibarat Partitur Nada dari sebuah pertunjukan orkestrasi musikal. Bayangkan sebuah orkestrasi musik, yang, masing-masing pemain instrumennya, berimprovisasi sendiri-sendiri, pat-pat gulipat mencari peluang keuntungan sendiri-sendiri, saling menunggangi dalam koalisi, saling berebut dalam kolusi, bersama-sama mengkhianati ideologi negara, yang kita ibaratkan tadi sebagai terkhianatinya harmoni PARTITUR DASAR PANDUAN notasi JUDUL LAGUnya.. Jadilah Pertunjukan Hiruk pikuk beradu kepentingan dalam satu kesatuan komposisi Azas dasar negara, yang tanpa sengaja tak tergubrisnya inti masing Sumpah Jabatan pejabat negara? Hingga serupa dan persis tak terhiraukannya lagi isi Pancasila dan UUD45 oleh rata-rata rakyat negeri ini? Sang Maha sudah mengingatkan melalui aneka fenomena, diantaranya, Ketua MA dan Menteri Agama, masuk Penjara. Tidakkah itu menjadi alat baca pada irama Kerakyatan kita sebagai sebuah Bangsa?